Thursday, August 19, 2010

Sejarah DONGENG AJAIB

Alkisah, saya lagi duduk-duduk di pantry kantor tempat saya magang, kebetulan TV di sana sedang buka channel MetroTV, dan saat itu saya melihat iklan Eagle Award Documentary Competition 2010 (EADC 2010). Well, saya tidak terlalu notice dengan iklan itu. Malam harinya, sekitar pukul 11 malam, sahabat saya, Budi, sms meminta bantuan untuk mewujudkan impiannya di kompetisi EADC. Saya balas sms itu dengan “oke, jadi apa nih? Tim sukses?”. Tidak tahunya budi menjawab “bukan, lu jadi temen setim gw, kita berdua satu tim, lu lihat web nya sekarang deh el”. Saat itu juga saya googling, dan menyatakan YA pada nya untuk jadi rekan setim tanpa pikir lama-lama.

Hari-hari berikutnya, dimulailah diskusi-diskusi panjang kami mengenai topic film yang akan kami sajikan. Yang awalnya kami akan mengangkat mengenai taman bacaan, hingga dedikasi tulus seorang wanita paruh baya mengenai kecerdasan anak-anak di sekitarnya…. Hingga kemudian kami buntu.

Hari itu, Minggu. Saya dan Budi berniat ke lokasi topic yang akan kami ajukan. Yaitu Kampung Ancol. Sayangnya tidak jadi karena Budi telat datang, dan waktu tidak lagi memungkinkan. Ok. Selama makan siang kita cari alternative topic lain. Waktu sudah mendesak. Proposal dan TOR harus segera dikirimkan.

Saat saya sedang mencari nomer telepon calon subjek, tiba-tiba Budi buka-buka katalog acara “kepergok membaca” yang diadakan dekat kampus. Di situ ada profil Komunitas Belalang Kupu-Kupu. Ariyo sebagai pendongengnya. Budi pun bertanya pada saya untuk mengangkat Ariyo sebagai topik kami. Mengangkat mengenai dedikasi nya yang tulus untuk mendongeng, dsb. Teori-teori kami pun sudah disusun. Kebetulan lagi, Ariyo hari itu sedang berada di TamSur, dekat dengan Kampus. Langsung saja kami pergi ke TamSur, untuk diskusi dengan Ariyo.

Blablablabla…. Ariyo setuju jadi subjek kami. Yay !!! Alhamdulillah…

***

Proposal disusun, TOR diisi, 3 hari lagi deadline…

Budi kirim email pada saya untuk direvisi sebagai finishing touch. Dia juga mempercayakan judul film kepada saya. Awalnya kami berpikir judulnya “PENDONGENG AJAIB”. Tetapi saat finishing touch saya enggan mengetik judul itu, dan saya ganti dengan “DONGENG AJAIB”. Budi setuju-setuju saja.

Seiring babak penyisihan… yang awalnya kami akan mengangkat profile Ariyo sebagai pendongeng dengan judul film PENDONGENG AJAIB, akhirnya malah mengangkat manfaat metode dongeng sebagai sarana komunikasi “mengatakan tanpa mengatakan” kepada anak-anak karena judul film nya berubah menjadi DONGENG AJAIB.

Setelah pitching forum, saat workshop, tiap tutor mengatakan “tunjukkan dimana ajaibnya dongeng itu, bertanggungjawablah pada judul film kalian”. Sigh… saya hanya bisa diam. Tanggung jawab moral secara tidak langsung ada pada saya sang pemberi judul.

Moga-moga film ini bisa menggugah masyarakat, bahwa mendongeng itu mudah, gak harus pakai boneka, atau buku, bahkan sekedar cerita juga bisa. Bisa dilakukan kapan saja, tidak harus sebelum tidur. Bisa dimana saja, bahkan dalam mobil.

Untuk para ibu, coba bayangkan anak-anaknya menjadi makin dekat dan makin sayang dengan ibunya setelah sang ibu meluangkan waktu untuk anaknya. Begitu pula ayah, kakak, kakek, nenek, dll.

Untuk para guru, dongeng kan sudah masuk kurikulum, jadi sudah ndak ada alasan lagi untuk enggan mendongeng ya… ^^

AYO MENDONGENG !!!

~salam dongeng ajaib~
^_^